JAKARTA, Eranasional.com – Elektabilitas pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam tiga bulan terakhir turun. Konon penyebabnya karena partai pendukungnya kerap mem-bully Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Al Faraby mengatakan salah satu penyebab turunnya elektabilitas Ganjar-Mahfud yakni serangan ke Jokowi.
“Blunder yang dilakukan kubu Ganjar atau PDIP, semakin sering menyerang Jokowi justru pendukung Jokowi semakin banyak pergi dari pasangan Ganjar-Mahfud,” kata Adjie memaparkan hasil survei, Senin (20/11/2023).
Diungkapkan Adjie, serangan kubu Ganjar Pranowo kepada Jokowi justru menyebabkan 7,5% pendukung Jokowi yang sebelumnya mendukung berbalik arah meninggalkan mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.

“Di bulan Oktober berada di angka 39,4%, di bulan November 2023 turun di angka 31,9%. Jadi ada blunder yang dilakukan kubu Ganjar, karena semakin menyerang Jokowi, ternyata justru dukunganya di pemilih yang puas terhadap Jokowi justru mengalami penurunan. Ada penurunan 7,5% pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi lari dari pemilih Ganjar,” paparnya.
Selain itu, kata Adjie, basis pemilih Ganjar di Jawa Tengah direbut oleh Gibran. Dia membandingkan elektabilitas Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah sebelum penetapan Gibran.
“Basis Ganjar di Jawa Tengah ini semakin direbut Prabowo-Gibran yang pada Oktober 2023 angkanya 10,7% di pemilih Jawa Tengah, kemudian mengalami kenaikan di angka 24,6%. Sementara Ganjar-Mahfud di Oktober 2023 di angka 70,1%, justru mengalami penurunan di angka 61,8%,” jelas Adjie.
Faktor lainnya isu Jawa Tengah merupakan provinsi termiskin kedua di Indonesia berdampak pada Ganjar. Seperti diketahui, Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode atau 10 tahun, dan baru saja melepas jabatannya itu.
“Isu ini memunculkan keraguan publik bagaimana Ganjar-Mahfud bisa selesaikan masalah paling prioritas yang dianggap oleh publik yaitu isu ekonomi. Ini jadi kritik banyak pihak, dan mungkin dijadikan bahan kampanye pihak lawan. Sehingga kampanye terkait soal isu ekonomi dan kapasitas Ganjar dalam menyelesaikan masalah kemiskinan berkontribusi membuat elektabilitas Ganjar mengalami penurunan,” imbuhnya.
Ditambah lagi, narasi Ganjar petugas partai masih tetap menggerus suara Ganjar. Dia menilai narasi yang disematkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Ganjar ini justru kontraproduktif.
“Kata-kata petugas partai ini jadi kritik, jadi kampanye lawan untuk serang Pak Ganjar, karena petugas partai justru memberikan efek negatif kepada Pak Ganjar. Publik meragukan leadership Pak Ganjar dipertanyakan karena Pak Ganjar dianggap tidak mampu ambil keputusan sendiri, dan akan terus menerus konsultasi ke Megawati sebagai ketua umum atau pemilik partai,” terang Adjie. (*)
Tinggalkan Balasan