Dia mencontohkan PDIP dengan trah Soekarno dan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umumnya. Begitu juga Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto.

“Jika dibandingkan dengan caleg dari partai lain, apalagi yang sudah lolos ke parlemen, caleg PSI kalah pamor, kalah pengalaman, kalah kuat dan kalah segalanya. Jadi wajar, di setiap daerah pemilihan, caleg PSI tidak terlampau kompetitif dan tidak kuat,” jelas Adi.

Faktor lainnya, PSI tidak memiliki jejaring atau networking dan resource politik yang merata dan terdistribusi di seluruh Indonesia.

PSI, menurut Adi, hanya terlihat kuat di perkotaan, sementara di perdesaan eksposure politikya nyaris tidak pernah terlihat.

“Kalau kita membaca geografi politik di Indonesia, pemilihnya kan lebih banyak di desa dibandingkan dengan kota,” imbuhnya.

Hasil Quick Count

Hasil hitungan cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei, salah satunya Indikator Politik Indonesia menyebutkan PSI hanya memperoleh suara 2,66 persen.

Hasil itu berdasarkan quick count di 2.999 TPS dengan jumlah sampel 520.357 suara sah dan margin of error 0,54 persen.