“Banyak koruptor-koruptor itu yang sekarang masuk penjara, karena tuntutan istrinya. Gajinya cuma Rp20 juta, belanjanya Rp50 juta, gajinya Rp2 juta, belanjanya Rp5 juta yang dituntut dari suaminya,” ujar Mahfud.

“Suami enggak punya kerjaan lain, terpaksa korupsi, ngutip sana, ngutip sini. Itu karena ibu-ibunya. Nah oleh sebab itu ibu-ibu bertugas sekarang memajukan negara, bangsa, memajukan masyarakat dengan cara menjadi ibu yang baik dan menjadi istri yang baik. Mendorong suami agar selalu berbuat baik di tempat pekerjaan. Mendidik anak agar bisa terdidik dengan baik,” sambung Mahfud.

Sadar pernyataannya disalahartikan, Mahfud memberikan klarifikasi. Dia menilai sejumlah pihak menganggap ucapannya tersebut justru membuat sinis, padahal maksudnya pujian.

“Judul berita ini memancing kesan dan respons agak sinis, padahal isinya pujian bagi kaum ibu. Menurut agama, peran ibu penting sebagai pintu surga bagi anak dan sebagai tiang negara. Seorang anak bisa mendapat surga karena lahir dan diasuh oleh sepak terjang (kaki) ibu yang baik,” kata Mahfud dikutip dari akun media sosial X (Twitter) miliknya, Selasa, 19 Desember 2023.

Dia pun menyinggung maksud perkataannya itu yang menyebut ‘banyak koruptor masuk penjara karena tuntutan istri’.

“Kepada ibu-ibu Majelis Alwashilah di Padang saya bilang ‘Ibu-ibu di Sumbar telah melahirkan banyak tokoh hebat, seperti Hatta, Natsir, dll’,” ujar Menko Polhukam itu.

“Ada 2 dalil: 1) Surga di telapak kaki ibu, 2) Wanita adalah tiang negara. Tapi ada koruptor yang masuk penjara karena tuntutan atau bersama istrinya. Itu ibu yang salah langkah,” imbuhnya. (*)