JAKARTA, Eranasional.com – Pakar politik Ikrar Nusa Bhakti tak menyangka Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat berubah dari dia kenal selama ini. Dia mengaku mendukung Jokowi sejak ayah Gibran Rakabuming Raka ini menjadi cagub DKI Jakarta pada 2012 silam.

Bahkan, Ikrar tetap mendukung Jokowi ketika dirinya menjadi Duta Besar (Dubes) RI di Tunisia.

“Saya tidak menyangka seorang presiden yang saya dukung sejak menjadi calon Gubernur DKI, kemudian menjadi capres 2014, dan ketika saya menjadi Dubes RI di Tunisia saya tetap mendukung beliau, walau tidak boleh kampanye sama Ibu Menlu (Menteri Luar Negeri),” kata Ikrar Nusa Bhakti dalam sebuah diskusi yang dikutip dari channel YouTube Kompas, Senin (6/11/2023).

“Kemudian, kok bisa berubah 180 derajat dari yang seorang tadinya ‘Jokowi adalah kita’, menjadi seorang yang seperti ‘Raja kecil Jawa’ yang ingin membangun lewat dinasti,” sambungnya.

Menurut Ikrar, apa yang terjadi pada Jokowi sulit dipercaya. Oleh karena itu, dia menuangkan dalam tulisan berjudul “Kuasa Memanggul Lupa”.

Lantas dia mengatakan kritik yang paling baik adalah kritikan yang berasal dari teman sendiri. Sebab, kritikan itu pasti sifatnya membangun, bukan untuk menjatuhkan.

“Anda jangan lupa. Kritik yang paling baik itu adalah dari pendukung atau teman. Karena kritikan itu akan membangun, bukan menjatuhkan. Saya seorang Muslim. Dalam Islam itu ada istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Mengajak kebenaran dan menghindari suatu yang buruk. Sebenarnya intinya itu,” ujarnya.

Lalu, lanjut Ikrar, persoalan ‘Kuasa Memanggul Lupa’ itu bukan hanya ajaran Jawa Kuno saja, tapi juga diajarkan dalam politik barat. Dia pun mengutip pernyataan Abraham Lincoln yang menyebutkan, “kalua Anda mau menguji orang, berilah dia kekuasaan.” Kata dia, seseorang bisa lupa dengan segalanya jika sudah berkuasa.

“Lupa tentang dirinya sendiri, lupa akan sumpah yang pernah dia ucapkan, lupa kepada teman, lupa dari mana dirinya berasal,” kata Ikrar.

Kemudian, Ikrar menyebut kalimat yang kerap disebutkan oleh para pendukung Jokowi yang berasal dari Jawa, yakni sangkan paraning dumadi.

Menurutnya, Bahasa Jawa itu jika diartikan ke Bahasa Arab, kurang lebih bermakna seperti Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun. “Tapi juga bisa juga mengatakan Anda itu berasal dari mana, dan nantinya akan pergi ke mana. Itu termasuk dalam artian politiknya. Jadi itu yang kenapa saya tulis seperti itu,” jelas Ikrar Nusa Bhati.

Ikrar Nusa Bhakti dengan tegas menyatakan dirinya kecewa dengan Jokowi begitu Gibran Rakabuming Raka maju sebagai bakal cawapres yang diduga melalui cara tidak adil.

Gibran bisa maju berpasangan dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang diketuai oleh ipar Jokowi, Anwar Usman, memperbolehkan seseorang yang belum berusia 40 tahun mencalonkan diri sebagai Presiden atau Wakil Presiden asalkan sudah berpengalaman atau sedang menjabat sebagai kepala daerah atau jabatan lain yang dipilih melalui pemilihan umum.

Namun, keputusan MK tersebut terindikasi mengandung pelanggaran etik, sehingga banyak aduan yang masuk. Majelis Kehormatan MK (MKMK) pun dibentuk untuk mengusut dugaan pelanggaran etik hakim konstitusi tersebut. (*)